Kenangan di Makam Bung Karno
Saat memasuki bulan Juni, ada seorang tokoh yang terbayang di benak saya: Ir. Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Proklamator kemerdekaan yang akrab disapa dengan “Bung Karno” ini lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta pada 21 Juni 1970. Pada bulan Juni ini, kabarnya, sejumlah kegiatan dilakukan di Indonesia dalam rangka memperingati 111 tahun hari lahir Bung Karno.
Bagi saya yang orang jepang, awalnya Bung Karno bukanlah tokoh yang membuat saya merasa “sesuatu”. Namun, selama setahun saya berada dan belajar di Indonesia, pikiran saya yang seperti itu ternyata benar-benar berubah. Salah satu alasannya adalah sebuah pengalaman pribadi ketika berkunjung ke makam Bung Karno.
Pada sekitar 6 tahun yang lalu, saya yang berkunjung ke makam Bung Karno merasa bahwa makma ini merupakan tempat yang benar-benar istimewa bagi para pengujung. Para peziarah datang silih berganti terus-menurus tanpa terputus. Setiap orang – tua maupun muda, pria maupun wanita – duduk bersimpuh bersama dan berdoa dengan sepenuh hati. Tak ada seorang pun yang bersuara. Kesunyian dan sedikit ketegangan menyelimuti suasana di sekitar makam tersebut. Suasana itu sama sekali berbeda dengan tempat-tempat pariwisata yang pernah saya kunjungi di Indonesia.
Tak lama kemudian, saya pun pergi meninggalkan makam Bung Karno bersama dengan sebuah kenangan dan beberapa pertanyaan:
Apakah ada politikus Jepang seperti Bung Karno? Mengapa Bung Karno sampai saat ini masih begitu dicintai oleh rakyat Indonesia? Sebenarnya apa yang para peziarah doakan untuk Bung Karno?
Sebenarnya di Jepang, setahu saya, tidak ada makam politikus yang dikunjungi oleh begitu banyak peziarah seperti makam Bung Karno. Mungkin ini adalah hal yang biasa bagi orang Indonesia, tetapi bagi saya yang orang Jepang, cukup mengejutkan menyaksikan begitu banyak peziarah yang berdoa dengan sepenuh hati di makam Bung Karno. Mengapa Bung Karno begitu dicintai oleh rakyat Indonesia? Dari situlah, saya mulai tertarik dengan Bung Karno.
Pada tahun 2010, 3 tahun setelah saya pulang ke Jepang, Iwan Fals mengeluarkan sebuah lagu berjudul “Negeri Kaya”. Dalam lagu yang terinspirasi dari ziarah ke makam Bung Karno ini digambarkan kekhawatiran terhadap masa depan tanah air dan kerinduan pada tokoh Bung Karno. Iwan Fals menyanyikan:
Kaya orangnya, kaya hewannya
Negeri ini memang kaya
Kaya alamnya, kaya budayanya
Negeri ini memang kaya
Kaya pejabatnya, kaya penjahatnya
Negeri ini memang kaya
Hei, Bung Karno...
Aku bersimpuh di makammu
Maafkanlah aku yang cengeng
Hei, Bung Karno...
Nyenyakkah tidur abadimu
Tularkan keberanianmu itu
Hei, Bung Karno...
Aku bersimpuh di makammu
Suaramu menggelegar di kalbu
Hei, Bung Karno...
Nyenyakkah tidur abadimu
Bilakah mimpi itu kan nyata
Mungkin kita sering menemukan tulisan mengenai Bung Karno di dalam buku sejarah、karena beliau selama ini dikenal sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia. Namun, Bung Karno bagi saya tidak lain merupakan seorang tokoh yang masih “hidup” di hati rakyat Indonesia. Ziarah ke makam Bung Karno adalah salah satu pengalaman yang paling mengesankan bagi saya ketika berada di Indonesia.