Iwan Fals vs Slank, Belum Ada yang Sedahsyat Mereka…

mulai dipasang 8 juli 2012 - berakhir Tanggal 8 November 2012

“Apapun makanannya, minumnya Teh Botol S**RO!” Beberapa tahun lalu, slogan salah satu minuman terkenal di Indonesia itu sangat happening. Slogan itu seperti menyadarkan semua orang dengan kebiasaan mereka yang walaupun memiliki makanan favoritnya masing-masing, mereka satu suara: minumannya tetap Teh Botol S**RO. Walaupun sudah banyak merek-merek teh lain, tak ada yang bisa mengalahkan nama besarnya. Hmm…Percaya nggak kalau slogan yang sama bisa digunakan untuk menyebut fenomena yang terjadi pada konser-konser musik di Indonesia?
Perhatikan saja…nyaris di setiap pagelaran musik (yang mungkin kita lihat secara live atau lewat TV), apapun band yang tampil, siapapun penyanyi yang unjuk gigi, diantara ribuan penonton yang berjingkrakan, dua bendera kerap dikibarkan di tengah-tengahnya, bendera SLANK, dan bendera Oi. Hmm…Band-band baru bermunculan, musisi-musisi baru berdatangan, tapi, ibarat Teh Botol S**Ro yang sudah begitu melegenda, SLANK dan Iwan Fals takkan mungkin tergeser dari hati setiap penggemarnya. Betapapun merk-merk baru mencoba menggoda dan mengalihkan perhatian, manisnya takkan terganti.
SLANK dan Iwan Fals memang pantas disebut fenomena. Sampai saat ini, belum ada musisi yang punya penggemar fanatik sebanyak yang mereka miliki. Tak percaya? Hitung-hitunganan data akan membuktikan itu. Hingga saat ini SLANK punya fans club yang berdiri di 98 kota di Indonesia dengan anggota resmi hampir satu juta orang. Kalau penggemar Iwan Fals yang resmi bergabung dengan Yayasan Orang Indonesia (atau lebih familiar dengan sebutan Oi) anggotanya memang hanya 350.000 orang, namun mereka punya angka perkiraan untuk jumlah fals mania (fans Iwan Fals yang belum bergabung dengan Oi), yaitu sekitar 6 juta orang. ”Angka tersebut kita dapat dari rata-rata jumlah fals mania yang datang di setiap acara konser Iwan Fals,” begitu kata Hafiz, Ketua I Badan Pengurus Oi Pusat.

Tidak Sekedar Kumpul-kumpul
Yang luar biasa dari penggemar fanatik itu bukan hanya jumlahnya, tapi apa yang mereka lakukan. Bunda Iffet, manager sekaligus ibunda Bimbim (drummer SLANK) yang pertama mencetuskan pembentukan Slank Fans Club (SFC) boleh berbangga hati dengan anak-anak binaannya. Mereka bukan hanya sekedar fans-fans yang senang kumpul-kumpul untuk dengar musik, tapi mereka berkumpul untuk melakukan sesuatu yang positif. Sejak berdiri tahun 2004, para anggota SFC sering diperbantukan untuk menjaga keamanan dan ketertiban konser SLANK di seluruh Indonesia.
Hingga sekarang, SFC pusat berkembang menjadi badan usaha swasta mandiri yang memproduksi pernak-pernik SLANK dengan merekrut karyawan dari kalangan Slankers sendiri. Laskar yang mereka bentuk dengan nama Bidadari Penyelamat juga aktif menyalurkan tenaga dan pemikiran mereka untuk membantu korban-korban bencana alam di Indonesia, bahkan menyediakan mobil jenazah gratis untuk digunakan masyarakat yang membutuhkan.
Hal yang sama terjadi juga pada Oi. Yayasan Orang Indonesia punya konsep khusus untuk membina para penggemar fanatik Iwan Fals tersebut. Mereka menyebut program pembinaan tersebut sebagai SOPAN, yaitu Seni, Olahraga, Pendidikan, Akhlak, dan Niaga. Sesuai namanya, kegiatan-kegiatan mereka diarahkan untuk bisa mengembangkan karakter, dan kemampuan mereka dalam bidang tersebut, dan tentu saja kemampuan dalam bidang entrepreneurship. Seperti halnya Slankers, Oi pun mengembangkan kreativitasnya dengan memproduksi dan memasarkan pernak-pernik khas Iwan Fals.
Bukti Cinta Mereka
Yang namanya fans, ada saja kelakuannya. Sekelompok Slankers di wilayah Anyer pernah digiring ke kantor polisi karena dinilai melanggar Undang-Undang Lambang Negara no 127/1958 tentang penodaan dan perusakan lambang negara. Lho-lho, memangnya kenapa? Ternyata, saking kreatifnya dan cintanya mereka pada Slank, mereka menyablon lambang SLANK di atas bendera merah putih. Abdee, salah satu personil SLANK menilai itu adalah salah satu bentuk nasionalisme mereka karena SLANK memang tak pernah berhenti mengajak para Slankers untuk bangga terhadap bangsa mereka sendiri.
Kecintaan Slankers pada SLANK pun membuat mereka tergerak dengan banyak hal yang dilakukan idolanya. Bukan hanya masalah penampilan, tapi juga prinsip dan gaya hidup. Ketika para personil SLANK berani mengakui ‘keakraban’ mereka dengan zat psikotropika dan memutuskan untuk sembuh, langkah itu pun diikuti oleh Slankers. Dalam salah satu momen peringatan Hari Antimadat sedunia, SLANK mengkampanyekan perang terhadap narkoba, dan dalam momen-momen tersebut, setidaknya 600 Slankers mendaftar untuk ikut program rehabilitasi dan bertekad untuk berhenti menggunakan obat-obatan terlarang itu.
Oi pun tak kalah cinta pada sang idola. Selain selalu mengibarkan bendera Oi di pertunjukan musik manapun (bahkan yang tidak ada Iwan Falsnya), secara rutin mereka mengadakan Jambore Oi yang menjadi ajang para Oi untuk unjuk gigi memperlihatkan hasil pembinaan konsep SOPAN dan menggelar berbagai kegiatan positif lainnya. Sadar tentang betapa kuatnya pengaruh Iwan Fals pada Oi, tak jarang para politikus berusaha untuk menggandeng Oi dan mengajak mereka untuk ikut berpolitik. Tapi, menurut Hafiz lagi, Oi tetap memutuskan untuk menjadi organisasi massa saja karena selain tetap bisa berada pada posisi netral untuk mengkritisi berbagai isu-isu yang berkembang di negara ini, menjadi organisasi massa akan lebih bermanfaat bagi masyarakat luas bila dibandingkan sebagai organisasi politik seperti Partai.
Mengapa?
Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa cinta Slankers dan Oi bisa sebesar itu? Secara ilmiah, musik memang terbukti memiliki pengaruh motorik fisik yang bisa berpengaruh juga pada sisi psikologis. Selain kemasan melodi yang khas, dan kharisma yang mereka punya, apa yang disuguhkan oleh SLANK dan Iwan Fals dianggap menyentuh segi-segi kehidupan yang selama ini terabaikan. Mereka banyak menyuarakan hal-hal yang kecil yang selama ini luput dari perhatian banyak orang. Lirik-lirik sederhana yang mereka buat dianggap mewakili kaum marjinal. Yang jelas, dalam banyak momen, cara mereka berinteraksi dengan para penggemarnya, menganggap mereka sebagai sahabat untuk berdiskusi, dan tanpa ada batasan idola-penggemar bisa melengkapi berbagai alasan mengapa mereka begitu dicintai. Jadi, betapapun yang muda-muda bermunculan, tetap belum ada yang sedahsyat mereka.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com