Puisi Iwan Fals

mulai dipasang 8 juli 2012 - berakhir Tanggal 8 November 2012


Pantun Koruptor
doedoenk kaoem koesam
(Dibacakan WS Rendra ditengah Iwan Fals dan kawan-kawan menyanyikan lagu HIO dalam konser Merdeka yang berlangsung di Leuwinanggung 16 Agustus 2008)
Kalau ada sumur di ladang
Jangan diintip gadis yang mandi
Koruptor akalnya panjang
Jaksa dan hakim diajak kompromi
Berburu ke padang datar
Mendapat janda belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan pesiar
Uang rakyat dibawa lari
Berakit rakit ke hulu
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil sakit melulu
Maling besar dimuliakan
Ur… Ur… Ur… Ur… Bada Ur…
Selendang sutra jingga
Aturan negara ngalor ngidul
Lantaran wakil rakyat korupsi juga
Hio… Hio… Hio… Hio…
Kura kura dalam perahu
Buaya darat didalam sedan
Wakil rakyat jangan ditiru
Korupsinya edan edanan
Si tukang riba disebut lintah darat
Si hidung belang disebut buaya darat
Pedagang banyak hutang itulah konglomerat
Mereka yang berhutang yang bayar lha kok rakyat?
Binatang bego itu kura kura
Binatang lamban juga kura kura
BBM naik rakyat sengsara
Uang bea cukai ditilep juga
Aduh aduh cantiknya si janda kembang
Sedang menyanyi si Jali Jali
Hujan emas di rantau orang
Hujan babu di negeri sendiri
Hio… Hio… Hio…
Ale… Ale… Ale…
Bakso… Bakso… Bakso…
Onde… Onde… Onde…

kisah cinta IWAN FALS dengan ROSSANA

mulai dipasang 8 juli 2012 - berakhir Tanggal 8 November 2012

“Gue Seneng Sama Elo! Coba Pacaran, Yuk!”
Musik adalah hidup Iwan Fals. Lewat musik, lelaki bernama asli Virgiawan Listianto itu bertemu belahan jiwanya, Rosanna atau yang akrab disapa Yos.
IWAN bukan orang yang pandai bercerita, terutama mengenai peristiwa yang sudah puluhan tahun lalu terjadi. Meski sekelumit kisahnya masih melekat dalam pikiran, Iwan tak mampu mengurai secara detail cerita cintanya bersama Yos.“Soalnya sudah lama banget. Saya sudah lupa detail ceritanya,” kata Iwan, membuka perbincangan di rumahnya yang luas di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Menerawang ke masa lalu, ayah tiga anak itu coba mengulang memori pertemuan pertamanya dengan Yos di kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), yang terjadi 27 tahun silam. Kala itu, Iwan sedang mengikuti Festival Musik Humor yang diselenggarakan mahasiswa IKJ. Ia tampil solo memainkan gitar dan harmonika. Sementara Yos, yang mahasiswi jurusan Seni Rupa di kampus tersebut, adalah salah seorang panitia festival.
“Saya masih ingat, waktu itu Yos pakai topi kayak Pak Tino Sidin. Dia kan anak Seni Rupa. Topinya juga banyak benderanya,” kenang Iwan, seraya tersenyum. Penampilan Yos yang trendi dan cenderung maskulin menggetarkan dawai hati Iwan. Iwan yang saat itu masih menyandang predikat siswa kelas tiga SMAN 26 Jakarta mengaku tertarik melihat sosok wanita kelahiran 1960 itu.
“Senang aja lihat dia kayak laki-laki. Ditambah lagi, sejak pertama bertemu, dia sudah memberi perhatian pada saya,” ujar Iwan tanpa bermaksud menyombongkan diri. Sementara itu, diam-diam Yos pun memerhatikan sosok pemuda yang telah tercuri hatinya oleh penampilannya yang maskulin. Belakangan Yos tahu, ketertarikannya itu lebih didasari oleh minatnya terhadap lagu-lagu Iwan.
Sejak dulu, Iwan dikenal sebagai musikus pengusung tembang-tembang country dan balada. Pada acara festival itu pula, lelaki kelahiran Jakarta, 3 September 1961 itu sempat memberi Yos sekeping kaset yang berisi demo suaranya. Baru tiga tahun kemudian, suara emas Iwan itu direkam dalam tiga album sekaligus, yakni Serenade Kembang Pete, Frustrasi, dan Sarjana Muda.
Walaupun gadis yang disukainya adalah seorang mahasiswi, Iwan tidak merasa minder. Benih-benih asmara yang mulai muncul, ia biarkan bersemi hingga tumbuh menjadi seuntai cinta.“Masalah cinta kan enggak ada batas usianya. Kita ketemu, terus dianya kelihatan memberi perhatian, saya langsung penalti saja; coba pacaran yuk! Ternyata bisa berjalan tiga tahun. Cuma, kalau ditanya detail proses pacarannya bagaimana, saya lupa. Sudah lama banget kan tuh,” kata Iwan, yang mengaku deg-degan jika harus menggenggam tangan Yos.
Masa pacaran tiga tahun berjalan bukan tanpa hambatan. Di antara waktu tersebut, Yos rupanya sempat kepincut pria lain. Iwan mengetahui hal itu. Namun, putra pasangan Haryoso dan Lies ini tak pernah menyurutkan cintanya pada Yos. Di sisi lain, Iwan juga tahu Yos masih menaruh minat padanya. Sampai akhirnya Iwan nekat melamar Yos yang kala itu sudah memiliki kekasih baru.
“Saya merasa terhormat ketika saya ajak dia menikah, dia mau, padahal kan Yos sudah punya pacar. Saya bilang: ‘aku cuma bisa ngamen nih. Enggak ada cara lain untuk hidup, berani enggak?’ Eh, dia bilang berani. Hal itulah yang kemudian saya jadikan amanat buat saya menjaga hubungan kami.”
Iwan mengingat jawaban ‘ya’ dari Yos sebagai hal paling indah dari masa mudanya. “Soalnya, pasti berat untuk Yos memutuskan satu di antara dua lelaki. Saya sih maju terus walaupun dia sudah punya pacar. Rezeki enggak ke mana. Semua kan tergantung Yos. Saya hanya mengungkapkan perasaan saya saja. Saya cinta dia, saya ungkapkan. Saya bilang, ‘gue seneng sama elo!’ Gitu aja,” cerita Iwan, yang tak ingat lagi tanggal pernikahannya.
Buat Iwan, Yos bisa dibilang cinta pertamanya. Di masa mudanya, Iwan hampir tak punya pengalaman pacaran dengan gadis lain selain istrinya sekarang. Maka itu, ketika ditanya alasan dia memilih Yos, lelaki yang gemar olahraga karate itu tak mampu menjawab.
“Saya enggak tahu kelebihan Yos dibanding perempuan lain. Saya kan enggak pernah tahu (perempuan) yang lain. Mungkin karena nafsu saya terpenuhi di Yos. Pikiran saya, perasaan saya, negatif-positif saya, semua terpenuhi di dia,” kata Iwan. Kini, Iwan dan Yos sudah melalui 25 tahun usia pernikahan mereka. Iwan mengaku, cintanya pada sang istri masih sama seperti ketika keduanya pacaran.
“Saya baru merasakan, ternyata kita ini hidup. Banyak keajaiban yang terjadi setiap hari. Saya sendiri takjub, kok bisa ya tahan 25 tahun di saat pasangan lain baru tiga tahun kimpoi, cerai. Saya bersyukur juga karena memang pernikahan ini indah. Kalau enggak indah, ngapain nikah.”
“Saya selalu bilang ke Yos, sekarang saya menyayangi kamu. Besok enggak tahu. Enggak berani janji dong saya. Eh, ternyata besok tuh sampai 25 tahun,” kata Iwan lagi.
Cinta Makin Kuat Setelah Cobaan Itu Datang
Pernikahan Iwan dan Yos berjalan mulus nyaris tanpa persoalan berarti. Kebutuhan keluarga tercukupi, anak-anak pun tumbuh sehat sejahtera. Sampai akhirnya musibah datang pada 1997.
TAHUN itu, Galang Rambu Anarki, putra sulung Iwan dan Yos, meninggal dunia. Langit seakan runtuh. Galang yang disebut-sebut sebagai pangeran penerus jejak sang ayah, sangat cepat diambil Tuhan. Saat mengembuskan napas terakhirnya, personel band Bunga itu baru berusia 15 tahun.
Tahun pertama kepergian Galang, kesedihan pun menggelayuti hati pasangan itu. Tak jarang, Galang datang menghiasi mimpi Yos. Bahkan, sampai Yos ngelindur. “Itulah cobaan paling berat dalam hidup kami. Untungnya saya selalu kembali lagi ke agama. Saya atasi kesedihan ini dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan,” kata Yos.
Jika rindu kepada Galang melanda, Yos hanya bisa menumpahkan air mata. “Iwan sih enggak ngomong atau menasihati apa pun pada saya. Karena kita berdua hobi baca, untuk menenteramkan hati, biasanya kita sama-sama baca buku saja. Kalau tiba-tiba saya tidur, ngelindur soal Galang, paling Iwan memeluk saya. Enggak ngomong apa-apa, karena kalau bicara kan kadang-kadang malah salah,” tutur Yos.
Tak lama setelah Galang meninggal, berturut-turut Iwan juga kehilangan ayah serta seorang saudaranya. Rasa kehilangan itu datang bertubi-tubi dan dirasakan sangat berat baginya. “Tapi, saya sadar, semua manusia pasti akan kehilangan orang yang mereka sayangi,” kata Iwan.
Tak ingin berduka terus-menerus, Iwan dan Yos melanjutkan kembali kehidupan mereka.
Sampai akhirnya, Raya Rambu Rabbani lahir pada 2003, pada saat anak kedua mereka, Annisa Cikal Rambu Basae, berumur 18 tahun. Raya-lah yang kemudian menjadi pelipur lara Iwan dan Yos.
“Sejak enggak ada Galang, saya merasa lebih dekat dengan Iwan. Sangat berkesan. Sama berkesannya dengan kelahiran Raya. Saya merasa, kehadiran saya di dunia jadi lebih bermanfaat. Kalau tadinya hanya ngurusin Iwan terus, sekarang saya harus merawat Raya juga,” ujar Yos.
“Cikal sekarang sudah besar, sudah kuliah. Sesekali dia suka pulang malam. Iwan suka senewen, padahal saya pasti bilang kepada dia kalau Cikal akan pulang telat ke rumah. Saya lihat Iwan makin bertanggung jawab sebagai suami, ayah, dan manusia,” lanjut Yos.
Perubahan kecil juga dirasakan Iwan sejak kepergian Galang. “Belakangan saya merasa lebih tegas. Namun, soal agama, Yos lebih kuat. Dia selalu siap memenuhi semua kewajibannya. Di sisi lain, saya juga berusaha memberi apa yang saya punya untuk dia,” Iwan menyambung ucapan sang istri. Seperempat abad hidup bersama membuat Yos semakin bisa memahami Iwan meskipun dulu dan sekarang Iwan tidak terlalu banyak berubah.
“Iwan tetap Iwan yang saya kenal. Secara fisik dia berubah, tapi itu kan pasti dialami semua orang. Tambah umur, dia justru semakin matang dan sabar menghadapi persoalan apa pun. Musibah dalam keluarga selalu kami kembalikan pada nilai-nilai agama. Itu yang membuat kita yakin, yang terbaik adalah menghadapi semua persoalan,” tutur Yos.
“Akhir-akhir ini kita malah sering punya persamaan feeling. Di awal pernikahan dulu, seringnya enggak nyambung, salah duga, beda tebakan. Sekarang mulai ada persamaan. Apalagi, setelah Galang pergi,” timpal Iwan. Tahun ini usia Iwan akan mencapai 44 tahun. Meski demikian, ketua umum organisasi massa Orang Indonesia (OI) itu masih merasa muda. Detik demi detik perubahan fisik manusia, ia nikmati sebagai sebuah keindahan.
“Justru saya semakin penasaran. Di usia segini, saya suka loyo. Nah, setelah fase loyo, apa lagi nih? Ternyata, perhatian Yos juga enggak berubah. Dia makin bisa bikin saya penasaran,” kata Iwan, tanpa memerinci hal-hal yang membuatnya penasaran itu. “Saya bergairah terus sama Yos. Mudah-mudahan dia juga begitu. Saya selalu merasa baru menikah walaupun sudah lama. Senang aja jadinya. Kayak pacaran terus,” kata Iwan lagi.
Meski berani mengungkapkan perasaannya pada Yos, namun dalam sikap, Iwan tidak seromantis tembang-tembang cintanya. Makan malam berdua di bawah temaran cahaya lilin, misalnya, tak pernah sekalipun mereka lakukan. Cinta di hati keduanya hanya terpupuk lewat perhatian serta kepercayaan yang tinggi terhadap pasangan.
“Cinta kami tumbuh begitu saja sih. Alhamdulillahnya lagi, saya tidak mengalami persoalan ekonomi. Terkadang cinta kan juga butuh uang. Rumah tangga pun begitu. Rezeki kami ada saja, sehingga kami enggak bingung mencari kebutuhan sehari-hari,” tutur Iwan, yang menyerahkan semua urusan rumah tangganya kepada Yos.
Di samping persamaan, Yos dan Iwan juga memiliki perbedaan tabiat. Iwan yang terkesan temperamental dan meledak-ledak dalam membuat lirik lagu, ternyata cukup lembut pembawaannya. Bahkan tak jarang, ia bersikap manja pada sang istri. “Dulu kalau saya nyuapin Galang dan Cikal, dia enggak ketinggalan minta disuapin. Pokoknya, dia tuh termasuk suami yang selalu minta dilayani. Iwan juga lembut. Kalau kita lagi marahan, yang ngebanting pintu, istilahnya, itu saya. Iwan justru diam kalau lagi marah,” kata Yos.
Saling Menghormati jika Pasangan Cemburu
Hidup bersama seorang superstar seperti Iwan bukan hal mudah. Terlebih ketika fenomena groupies, kelompok penggemar fanatik, wanita kian menjamur. Kecemburuan Yos bertambah kala melihat fans wanita Iwan yang agresif.
IWAN pun sesungguhnya termasuk pria pencemburu. Ia tak berusaha menampik perasaan itu dengan berpura-pura cuek terhadap pasangan. Cemburu, bilang cemburu. Meski kemudian ia harus bertengkar hebat dengan istrinya. “Saya cemburuan, Yos juga cemburuan. Tapi, saya bisa menghormati kecemburuan dia. Ternyata asyik juga kok cemburu. Ada rasa deg-degan-nya, he, he, he …,” ujar Iwan.
Iwan bukan tak menyadari fans wanitanya banyak dan bahkan ada yang menuntut lebih darinya. Namun, sejauh ini ia mengaku masih bisa mengendalikan emosi. Sesekali pernah juga tebersit keinginan penyuka olahraga karate itu berpoligami. Sayang, Yos tidak mengizinkan.
“Kadang-kadang terpikir juga sih. Apalagi kalau lihat perempuan cantik, muda, wah …. Kemarin saya baru bilang, Yos boleh enggak ngelirik-lirik perempuan? Ternyata enggak boleh sama dia,” kelakar Iwan. Ungkapan jujur Iwan untuk membagi hatinya dengan perempuan lain boleh jadi hanya sebuah canda sebab semakin hari, cintanya pada Yos justru dirasa kian bertambah. Iwan sadar, kecantikan wanita bukan segala-galanya.
“Kecantikan bukan dilihat dari fisik saja kok. Kalau ukurannya hanya itu, berapa banyak perempuan yang cantik? Kecantikan ternyata ada di balik kerutan, dari tulang yang mulai sakit, atau pada situasi menjelang menopause. Itu juga kan keajaiban dan harus disyukuri. Apa yang saya dapat dari Yos sudah lebih dari cukup,” kata musikus yang menghabiskan masa sekolahnya di Bandung, Jawa Barat.
Tak ada dalil khusus yang diterapkan Iwan, menjaga bunga cintanya pada sang istri tetap mekar sepanjang masa. Seperti lirik-lirik lagunya, Iwan lebih suka membiarkan semua mengalir bagai air, tanpa ada janji-janji yang muluk. “Tinggal bagaimana kita menyirami benih-benih yang sudah Tuhan kasih. Ini ladang kita, bisa enggak kita rawat? Rasa bosan pasti ada dan saya yakin Yos pun bosan sama saya. Tapi, kita terima saja kebosanan itu sebagai rahmat. Kalau mengutip ucapan Aa Gym, jadikan keluarga sebagai ladang amal kita,” kata Iwan bijak.
Di usianya yang semakin senja, Iwan justru terlihat semakin tampan. Penilaian ini banyak dikemukakan oleh para penggemarnya. Menanggapi hal tersebut, Yos hanya bisa mengucap syukur. Begitu pun ketika fans wanita Iwan berlaku sedikit mesra pada sang musikus.
“Dibilang terusik, pasti terusik. Tapi, enggak apa-apalah. Alhamdulillah saja karena berarti saya masih dikasih kesempatan bersama Iwan dan dia tidak tergoda,” ucap wanita berjilbab itu. Yos berharap, cobaan berupa orang ketiga yang berpotensi merusak rumah tangga mereka tidak akan terjadi. Untungnya lagi, Yos kini juga bertindak sebagai manajer Iwan. Jadi, ke mana pun sang suami pergi, Yos pasti ikut mendampingi.
“Dengan mendampingi dia dalam tim manajemen, saya jadi lebih mengerti. Kalau dulu kan saya di rumah, enggak ikut Iwan. Saya selalu punya pikiran sendiri, ‘wah lagi ngapain ya dia?’ Berhubung sekarang saya manajernya, ke mana pun Iwan pergi, saya ikut. Kalau ada fans perempuan melukin dia, saya bisa lihat dengan mata kepala sendiri. Saya lihat bagaimana reaksinya. Kalau Iwan kecentilan, pulangnya langsung saya labrak. Tapi, kalau Iwan dalam posisi enggak bisa menolak, saya tetap mengerti kok,” tutur Yos.
Yos percaya Iwan setia padanya. Begitu pun sebaliknya, sebab pasangan yang menikah di Garut, Jawa Barat, ini mengaku, sama-sama takut pada Tuhan. “Kita kan punya salat lima waktu. Pada saat zuhur, kita melakukan sesuatu yang tidak baik, ada kesempatan di waktu ashar untuk mengucap istighfar, dan memohon petunjuk bagaimana sebaiknya saya bersikap setelah ini,” kata Yos, yang mengaku sangat terbuka pada Iwan.
Di mata Yos, Iwan bukan suami yang mampu bersikap romantis, seperti cerita dalam film ataupun sinetron. Romantis versi Iwan lebih merujuk pada perhatian superekstra terhadap pasangan. “Buat saya, Iwan sangat romantis, tapi enggak seperti di buku atau film. Misalnya dia lagi melakukan tur musik. Di sela-sela jadwalnya, dia masih suka mengingatkan saya agar menjaga kesehatan. ‘Lo jangan sakit ya’. Untuk saya, itu romantis banget,” urai Yos.
Menyikapi masa puber kedua Iwan, Yos juga punya resep jitu. “Kuncinya, jangan tinggalkan salat. Kalau puber, pasti dia ngomongin perempuan lain dong. Kalau sudah begitu, saya hanya bisa menunjukkan kalau saya enggak suka. Tapi, enggak pakai ngomel-ngomel lo,” kata Yos, yang berusia satu tahun lebih tua dari suaminya.
Iwan kemudian menimpali ucapan sang istri dengan sebuah harapan yang tanpa diembel-embeli angan setinggi langit. “Mudah-mudahan keluarga kita tetap utuh. Ya…, enggak tahu juga sih. Cinta itu kan misteri. Kebetulan keyakinan saya Islam, di mana ruang-ruang untuk berpoligami itu terbuka cukup lebar. Tapi, kalau Yos enggak mengizinkan, kan enggak bisa,” katanya.

Iwan Fals vs Slank, Belum Ada yang Sedahsyat Mereka…

mulai dipasang 8 juli 2012 - berakhir Tanggal 8 November 2012

“Apapun makanannya, minumnya Teh Botol S**RO!” Beberapa tahun lalu, slogan salah satu minuman terkenal di Indonesia itu sangat happening. Slogan itu seperti menyadarkan semua orang dengan kebiasaan mereka yang walaupun memiliki makanan favoritnya masing-masing, mereka satu suara: minumannya tetap Teh Botol S**RO. Walaupun sudah banyak merek-merek teh lain, tak ada yang bisa mengalahkan nama besarnya. Hmm…Percaya nggak kalau slogan yang sama bisa digunakan untuk menyebut fenomena yang terjadi pada konser-konser musik di Indonesia?
Perhatikan saja…nyaris di setiap pagelaran musik (yang mungkin kita lihat secara live atau lewat TV), apapun band yang tampil, siapapun penyanyi yang unjuk gigi, diantara ribuan penonton yang berjingkrakan, dua bendera kerap dikibarkan di tengah-tengahnya, bendera SLANK, dan bendera Oi. Hmm…Band-band baru bermunculan, musisi-musisi baru berdatangan, tapi, ibarat Teh Botol S**Ro yang sudah begitu melegenda, SLANK dan Iwan Fals takkan mungkin tergeser dari hati setiap penggemarnya. Betapapun merk-merk baru mencoba menggoda dan mengalihkan perhatian, manisnya takkan terganti.
SLANK dan Iwan Fals memang pantas disebut fenomena. Sampai saat ini, belum ada musisi yang punya penggemar fanatik sebanyak yang mereka miliki. Tak percaya? Hitung-hitunganan data akan membuktikan itu. Hingga saat ini SLANK punya fans club yang berdiri di 98 kota di Indonesia dengan anggota resmi hampir satu juta orang. Kalau penggemar Iwan Fals yang resmi bergabung dengan Yayasan Orang Indonesia (atau lebih familiar dengan sebutan Oi) anggotanya memang hanya 350.000 orang, namun mereka punya angka perkiraan untuk jumlah fals mania (fans Iwan Fals yang belum bergabung dengan Oi), yaitu sekitar 6 juta orang. ”Angka tersebut kita dapat dari rata-rata jumlah fals mania yang datang di setiap acara konser Iwan Fals,” begitu kata Hafiz, Ketua I Badan Pengurus Oi Pusat.

Tidak Sekedar Kumpul-kumpul
Yang luar biasa dari penggemar fanatik itu bukan hanya jumlahnya, tapi apa yang mereka lakukan. Bunda Iffet, manager sekaligus ibunda Bimbim (drummer SLANK) yang pertama mencetuskan pembentukan Slank Fans Club (SFC) boleh berbangga hati dengan anak-anak binaannya. Mereka bukan hanya sekedar fans-fans yang senang kumpul-kumpul untuk dengar musik, tapi mereka berkumpul untuk melakukan sesuatu yang positif. Sejak berdiri tahun 2004, para anggota SFC sering diperbantukan untuk menjaga keamanan dan ketertiban konser SLANK di seluruh Indonesia.
Hingga sekarang, SFC pusat berkembang menjadi badan usaha swasta mandiri yang memproduksi pernak-pernik SLANK dengan merekrut karyawan dari kalangan Slankers sendiri. Laskar yang mereka bentuk dengan nama Bidadari Penyelamat juga aktif menyalurkan tenaga dan pemikiran mereka untuk membantu korban-korban bencana alam di Indonesia, bahkan menyediakan mobil jenazah gratis untuk digunakan masyarakat yang membutuhkan.
Hal yang sama terjadi juga pada Oi. Yayasan Orang Indonesia punya konsep khusus untuk membina para penggemar fanatik Iwan Fals tersebut. Mereka menyebut program pembinaan tersebut sebagai SOPAN, yaitu Seni, Olahraga, Pendidikan, Akhlak, dan Niaga. Sesuai namanya, kegiatan-kegiatan mereka diarahkan untuk bisa mengembangkan karakter, dan kemampuan mereka dalam bidang tersebut, dan tentu saja kemampuan dalam bidang entrepreneurship. Seperti halnya Slankers, Oi pun mengembangkan kreativitasnya dengan memproduksi dan memasarkan pernak-pernik khas Iwan Fals.
Bukti Cinta Mereka
Yang namanya fans, ada saja kelakuannya. Sekelompok Slankers di wilayah Anyer pernah digiring ke kantor polisi karena dinilai melanggar Undang-Undang Lambang Negara no 127/1958 tentang penodaan dan perusakan lambang negara. Lho-lho, memangnya kenapa? Ternyata, saking kreatifnya dan cintanya mereka pada Slank, mereka menyablon lambang SLANK di atas bendera merah putih. Abdee, salah satu personil SLANK menilai itu adalah salah satu bentuk nasionalisme mereka karena SLANK memang tak pernah berhenti mengajak para Slankers untuk bangga terhadap bangsa mereka sendiri.
Kecintaan Slankers pada SLANK pun membuat mereka tergerak dengan banyak hal yang dilakukan idolanya. Bukan hanya masalah penampilan, tapi juga prinsip dan gaya hidup. Ketika para personil SLANK berani mengakui ‘keakraban’ mereka dengan zat psikotropika dan memutuskan untuk sembuh, langkah itu pun diikuti oleh Slankers. Dalam salah satu momen peringatan Hari Antimadat sedunia, SLANK mengkampanyekan perang terhadap narkoba, dan dalam momen-momen tersebut, setidaknya 600 Slankers mendaftar untuk ikut program rehabilitasi dan bertekad untuk berhenti menggunakan obat-obatan terlarang itu.
Oi pun tak kalah cinta pada sang idola. Selain selalu mengibarkan bendera Oi di pertunjukan musik manapun (bahkan yang tidak ada Iwan Falsnya), secara rutin mereka mengadakan Jambore Oi yang menjadi ajang para Oi untuk unjuk gigi memperlihatkan hasil pembinaan konsep SOPAN dan menggelar berbagai kegiatan positif lainnya. Sadar tentang betapa kuatnya pengaruh Iwan Fals pada Oi, tak jarang para politikus berusaha untuk menggandeng Oi dan mengajak mereka untuk ikut berpolitik. Tapi, menurut Hafiz lagi, Oi tetap memutuskan untuk menjadi organisasi massa saja karena selain tetap bisa berada pada posisi netral untuk mengkritisi berbagai isu-isu yang berkembang di negara ini, menjadi organisasi massa akan lebih bermanfaat bagi masyarakat luas bila dibandingkan sebagai organisasi politik seperti Partai.
Mengapa?
Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa cinta Slankers dan Oi bisa sebesar itu? Secara ilmiah, musik memang terbukti memiliki pengaruh motorik fisik yang bisa berpengaruh juga pada sisi psikologis. Selain kemasan melodi yang khas, dan kharisma yang mereka punya, apa yang disuguhkan oleh SLANK dan Iwan Fals dianggap menyentuh segi-segi kehidupan yang selama ini terabaikan. Mereka banyak menyuarakan hal-hal yang kecil yang selama ini luput dari perhatian banyak orang. Lirik-lirik sederhana yang mereka buat dianggap mewakili kaum marjinal. Yang jelas, dalam banyak momen, cara mereka berinteraksi dengan para penggemarnya, menganggap mereka sebagai sahabat untuk berdiskusi, dan tanpa ada batasan idola-penggemar bisa melengkapi berbagai alasan mengapa mereka begitu dicintai. Jadi, betapapun yang muda-muda bermunculan, tetap belum ada yang sedahsyat mereka.

Resep Bugar Ala Iwan Fals

mulai dipasang 8 juli 2012 - berakhir Tanggal 8 November 2012

Virgiawan Listanto atau lebih populer disapa Iwan Fals telah menorehkan karya yang fenomenal dalam dunia musik tanah air. Ratusan lagu telah ia lahirkan. Bahkan sampai saat ini, Iwan tidak berhenti untuk terus berkarya.

Lahir pada 3 September 1961, kini Iwan menapaki usia hampir setengah abad. Sebuah usia yang tidak muda lagi. Tentu saja, mau tidak mau kualitas vokalnya sebagai seorang musisi akan mengalami penurunan.

Lantas bagaimana pecinta olahraga karate ini mensiasatinya? "Sering latihan aja, sering nyanyi, kalau serak biasanya saya pakai jeruk nipis sama kecap dicampur. Minum kencur juga bagus," kata Iwan saat ditemui di Studio Elang Perkasa Film, di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Untuk menjaga aset berharga miliknya itu Iwan memang memilih cara yang sederhana. Hanya jika dalam kondisi memaksa saja ia bersedia minum obat dari dokter. "Kalau memang sudah serak benar mau apa lagi, ya pakai antibiotik, pergi ke dokter," kata Iwan sambil tertawa.

Pria yang pernah menjadi cover majalah Time Asia ini tidak jarang mendapat pertanyaan dari fansnya terkait suaranya yang tidak sekuat dahulu. Tapi tentu saja ia tidak risau karena itu sesuatu yang alamiah.

"Kadang dibilang, 'Wah bang Iwan sudah nggak kuat suara tinggi lagi.' Macam-macam orang-orang ngomongnya. Tapi manggung tetap jalan karena itu kan rezeki, asal ada waktu dan saya bisa istirahat tentu saya ambil," kata Iwan.

Lalu, untuk persoalan menjaga stamina tubuh. Iwan juga punya resep sendiri. Dia rajin karate untuk menjaga kebugaran tubuhnya. "Kan enak bisa keluar keringat, tapi nggak bisa keras lagi," tambah Iwan.

Dalam seminggu, Iwan bisa berkarate sebanyak tiga kali. Selain itu kini ia sudah disiplin memeriksakan diri ke dokter untuk check up kesehatan.

Sejak menginjak usia empat puluh tahun, Iwan sudah mulai rajin menjaga kesehatan. Karenanya, begitu terasa lelah ia tidak ingin memaksakan diri. "Setiap selesai tampil dan lelah, saya selalu istirahat dan tidur secara teratur. Dan tidak lupa makan teratur," ujarnya. [VIVAnews] ***

Source: iwan-fals.blogspot.com

Iwan Fals Menanam Sayur, Buah, dan Padi di Sekitar Rumahnya

mulai dipasang 8 juli 2012 - berakhir Tanggal 8 November 2012

Iwan Fals Menanam Sayur, Buah, dan Padi di Sekitar Rumahnya
Iwan Fals (51), salah satu penyanyi yang berusaha konsisten terhadap apa yang dinyanyikannya. Lirik lagu yang ditulis mencerminkan kondisi aktual pria bernama asli Virgiawan Listanto ini.
Di album terakhir Iwan Fals yang berjudul Keseimbangan, misalnya, Iwan lebih banyak menulis syair tentang pohon, tentang menanam, dan tentang pentingnya pohon bagi kehidupan.
Itu pula yang jadi perhatian dan kegelisahan Iwan selama beberapa tahun belakangan ini. Pentingnya menjaga lingkungan hidup dan gaya hidup yang serba alami sudah lama disadarinya. Gaya hidup alami itu tecermin dari segala aktivitasnya. Dalam menjaga kesehatan dan kebugaran, misalnya, selain tetap berolah raga, Iwan rajin mengonsumsi ramuan segar resep ibundanya, berupa minuman kunyit dan susu sapi.
Obat-obatan yang dikonsumsi Iwan juga lebih banyak herbal. Bahkan untuk kebutuhan sayur-mayur, Iwan Fals tak perlu belanja ke pasar. Iwan cukup memetiknya dari kebun di sekitar rumahnya kawasan Cimanggis, Bogor. Bukan hanya sayuran, buah-buahan dan tanaman obat-obatan juga banyak. Untuk buah-buahan, jenisnya lumanyan banyak. Dari mangga, jambu air, jambu biji, rambutan, jamblang, jeruk, pepaya, dan kelapa. Hampir setiap musim buah, Iwan juga panen buah. Sementara di kebun yang lain yang luasnya sekitar 10 hektar, Iwan juga menanam padi, jagung, dan palawija.
Gaya hidup Iwan yang alami ini, menurutnya, solusi dari banyak persoalan. “Banyak persoalan hidup bangsa dan dunia itu bisa diselesaikan dengan cara menanam pohon. Gaya hidup yang lebih pro lingkungan hidup sedikit banyak sangat membantu kelestarian alam. Yang pada gilirannya juga ikut memperpanjang umur bumi. Indonesia dikaruniai tanah yang subur. Ikan yang banyak. Kata Koes Plus, Indonesia itu tanah surga. Tongkat kayu jadi tanaman, lautannya kolam susu,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961 ini.
Dengan anugerah itu, mestinya kita bisa hidup serbakecukupan. Tapi kenapa kemiskinan masih banyak? Kenapa penganggur masih banyak? Karena menurutnya, Indonesia tidak mempertahankan jati diri sebagai negara yang hidup dengan bercocok tanam. Dengan kembali menjadi nelayan, petani, taraf hidup bisa naik. Sementara jarang yang berpikir tentang kebutuhan oksigen. Hutan ditebang, tanah kering kerontang, mengganggu keseimbangan alam.
Banyak keuntungan dari menanam pohon. Dengan menanam satu pohon saja, misalnya, berarti menyiapkan kebutuhan oksigen. Belum lagi dimanfaatkan buah, daun, dan kayunya. “Satu pohon bisa menyuplai oksigen untuk dua orang,” tutur Iwan. Pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman di sekitar rumahnya juga organik, kompos dan pupuk kandang.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com