Pantun Koruptor
doedoenk kaoem koesam
(Dibacakan WS Rendra ditengah Iwan Fals dan kawan-kawan menyanyikan
lagu HIO dalam konser Merdeka yang berlangsung di Leuwinanggung 16
Agustus 2008)
Kalau ada sumur di ladang
Jangan diintip gadis yang mandi
Koruptor akalnya panjang
Jaksa dan hakim diajak kompromi
Berburu ke padang datar
Mendapat janda belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan pesiar
Uang rakyat dibawa lari
Berakit rakit ke hulu
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil sakit melulu
Maling besar dimuliakan
Ur… Ur… Ur… Ur… Bada Ur…
Selendang sutra jingga
Aturan negara ngalor ngidul
Lantaran wakil rakyat korupsi juga
Hio… Hio… Hio… Hio…
Kura kura dalam perahu
Buaya darat didalam sedan
Wakil rakyat jangan ditiru
Korupsinya edan edanan
Si tukang riba disebut lintah darat
Si hidung belang disebut buaya darat
Pedagang banyak hutang itulah konglomerat
Mereka yang berhutang yang bayar lha kok rakyat?
Binatang bego itu kura kura
Binatang lamban juga kura kura
BBM naik rakyat sengsara
Uang bea cukai ditilep juga
Aduh aduh cantiknya si janda kembang
Sedang menyanyi si Jali Jali
Hujan emas di rantau orang
Hujan babu di negeri sendiri
Hio… Hio… Hio…
Ale… Ale… Ale…
Bakso… Bakso… Bakso…
Onde… Onde… Onde…
downloader's
popular posts
- 100 kata-kata bijak dalam lirik lagu iwan fals
- kumpulan pantun lucu bikin terbahak-bahak
- arti dalam lirik lagu iwan fals
- Iwan Fals vs Slank, Belum Ada yang Sedahsyat Mereka…
- FAKTA-FAKTA UNIK SANG LEGENDA : IWAN FALS ! CEKIDOT !
- MISTERI KEMATIAN GALANG RAMBU ANARKI
- Iwan Fals Dan Para Koruptor
- download Koleksi Lagu – lagu Langka Iwan Fals yang tidak diedarkan
- kisah cinta IWAN FALS dengan ROSSANA
- Al Khawarizmi: Bapak Algoritma dan Penemu Angka Nol
Puisi Iwan Fals
kisah cinta IWAN FALS dengan ROSSANA
Pernikahan Iwan dan Yos berjalan mulus nyaris tanpa persoalan berarti. Kebutuhan keluarga tercukupi, anak-anak pun tumbuh sehat sejahtera. Sampai akhirnya musibah datang pada 1997.
TAHUN itu, Galang Rambu Anarki, putra sulung Iwan dan Yos, meninggal dunia. Langit seakan runtuh. Galang yang disebut-sebut sebagai pangeran penerus jejak sang ayah, sangat cepat diambil Tuhan. Saat mengembuskan napas terakhirnya, personel band Bunga itu baru berusia 15 tahun.
Tahun pertama kepergian Galang, kesedihan pun menggelayuti hati pasangan itu. Tak jarang, Galang datang menghiasi mimpi Yos. Bahkan, sampai Yos ngelindur. “Itulah cobaan paling berat dalam hidup kami. Untungnya saya selalu kembali lagi ke agama. Saya atasi kesedihan ini dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan,” kata Yos.
Sampai akhirnya, Raya Rambu Rabbani lahir pada 2003, pada saat anak kedua mereka, Annisa Cikal Rambu Basae, berumur 18 tahun. Raya-lah yang kemudian menjadi pelipur lara Iwan dan Yos.
“Sejak enggak ada Galang, saya merasa lebih dekat dengan Iwan. Sangat berkesan. Sama berkesannya dengan kelahiran Raya. Saya merasa, kehadiran saya di dunia jadi lebih bermanfaat. Kalau tadinya hanya ngurusin Iwan terus, sekarang saya harus merawat Raya juga,” ujar Yos.
“Cikal sekarang sudah besar, sudah kuliah. Sesekali dia suka pulang malam. Iwan suka senewen, padahal saya pasti bilang kepada dia kalau Cikal akan pulang telat ke rumah. Saya lihat Iwan makin bertanggung jawab sebagai suami, ayah, dan manusia,” lanjut Yos.
Perubahan kecil juga dirasakan Iwan sejak kepergian Galang. “Belakangan saya merasa lebih tegas. Namun, soal agama, Yos lebih kuat. Dia selalu siap memenuhi semua kewajibannya. Di sisi lain, saya juga berusaha memberi apa yang saya punya untuk dia,” Iwan menyambung ucapan sang istri. Seperempat abad hidup bersama membuat Yos semakin bisa memahami Iwan meskipun dulu dan sekarang Iwan tidak terlalu banyak berubah.
“Akhir-akhir ini kita malah sering punya persamaan feeling. Di awal pernikahan dulu, seringnya enggak nyambung, salah duga, beda tebakan. Sekarang mulai ada persamaan. Apalagi, setelah Galang pergi,” timpal Iwan. Tahun ini usia Iwan akan mencapai 44 tahun. Meski demikian, ketua umum organisasi massa Orang Indonesia (OI) itu masih merasa muda. Detik demi detik perubahan fisik manusia, ia nikmati sebagai sebuah keindahan.
“Justru saya semakin penasaran. Di usia segini, saya suka loyo. Nah, setelah fase loyo, apa lagi nih? Ternyata, perhatian Yos juga enggak berubah. Dia makin bisa bikin saya penasaran,” kata Iwan, tanpa memerinci hal-hal yang membuatnya penasaran itu. “Saya bergairah terus sama Yos. Mudah-mudahan dia juga begitu. Saya selalu merasa baru menikah walaupun sudah lama. Senang aja jadinya. Kayak pacaran terus,” kata Iwan lagi.
Meski berani mengungkapkan perasaannya pada Yos, namun dalam sikap, Iwan tidak seromantis tembang-tembang cintanya. Makan malam berdua di bawah temaran cahaya lilin, misalnya, tak pernah sekalipun mereka lakukan. Cinta di hati keduanya hanya terpupuk lewat perhatian serta kepercayaan yang tinggi terhadap pasangan.
“Cinta kami tumbuh begitu saja sih. Alhamdulillahnya lagi, saya tidak mengalami persoalan ekonomi. Terkadang cinta kan juga butuh uang. Rumah tangga pun begitu. Rezeki kami ada saja, sehingga kami enggak bingung mencari kebutuhan sehari-hari,” tutur Iwan, yang menyerahkan semua urusan rumah tangganya kepada Yos.
Di samping persamaan, Yos dan Iwan juga memiliki perbedaan tabiat. Iwan yang terkesan temperamental dan meledak-ledak dalam membuat lirik lagu, ternyata cukup lembut pembawaannya. Bahkan tak jarang, ia bersikap manja pada sang istri. “Dulu kalau saya nyuapin Galang dan Cikal, dia enggak ketinggalan minta disuapin. Pokoknya, dia tuh termasuk suami yang selalu minta dilayani. Iwan juga lembut. Kalau kita lagi marahan, yang ngebanting pintu, istilahnya, itu saya. Iwan justru diam kalau lagi marah,” kata Yos.
“Kadang-kadang terpikir juga sih. Apalagi kalau lihat perempuan cantik, muda, wah …. Kemarin saya baru bilang, Yos boleh enggak ngelirik-lirik perempuan? Ternyata enggak boleh sama dia,” kelakar Iwan. Ungkapan jujur Iwan untuk membagi hatinya dengan perempuan lain boleh jadi hanya sebuah canda sebab semakin hari, cintanya pada Yos justru dirasa kian bertambah. Iwan sadar, kecantikan wanita bukan segala-galanya.
Iwan Fals vs Slank, Belum Ada yang Sedahsyat Mereka…
Resep Bugar Ala Iwan Fals
Virgiawan Listanto atau lebih populer disapa Iwan Fals telah
menorehkan karya yang fenomenal dalam dunia musik tanah air. Ratusan
lagu telah ia lahirkan. Bahkan sampai saat ini, Iwan tidak berhenti
untuk terus berkarya.
Lahir pada 3 September 1961, kini Iwan menapaki usia hampir setengah
abad. Sebuah usia yang tidak muda lagi. Tentu saja, mau tidak mau
kualitas vokalnya sebagai seorang musisi akan mengalami penurunan.
Lantas bagaimana pecinta olahraga karate ini mensiasatinya? "Sering
latihan aja, sering nyanyi, kalau serak biasanya saya pakai jeruk nipis
sama kecap dicampur. Minum kencur juga bagus," kata Iwan saat ditemui di
Studio Elang Perkasa Film, di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta
Timur.
Untuk menjaga aset berharga miliknya itu Iwan memang memilih cara yang
sederhana. Hanya jika dalam kondisi memaksa saja ia bersedia minum obat
dari dokter. "Kalau memang sudah serak benar mau apa lagi, ya pakai
antibiotik, pergi ke dokter," kata Iwan sambil tertawa.
Pria yang pernah menjadi cover majalah Time Asia ini tidak jarang
mendapat pertanyaan dari fansnya terkait suaranya yang tidak sekuat
dahulu. Tapi tentu saja ia tidak risau karena itu sesuatu yang alamiah.
"Kadang dibilang, 'Wah bang Iwan sudah nggak kuat suara tinggi lagi.'
Macam-macam orang-orang ngomongnya. Tapi manggung tetap jalan karena itu
kan rezeki, asal ada waktu dan saya bisa istirahat tentu saya ambil,"
kata Iwan.
Lalu, untuk persoalan menjaga stamina tubuh. Iwan juga punya resep
sendiri. Dia rajin karate untuk menjaga kebugaran tubuhnya. "Kan enak
bisa keluar keringat, tapi nggak bisa keras lagi," tambah Iwan.
Dalam seminggu, Iwan bisa berkarate sebanyak tiga kali. Selain itu kini
ia sudah disiplin memeriksakan diri ke dokter untuk check up kesehatan.
Sejak menginjak usia empat puluh tahun, Iwan sudah mulai rajin menjaga
kesehatan. Karenanya, begitu terasa lelah ia tidak ingin memaksakan
diri. "Setiap selesai tampil dan lelah, saya selalu istirahat dan tidur
secara teratur. Dan tidak lupa makan teratur," ujarnya. [VIVAnews] ***
Source: iwan-fals.blogspot.com
Iwan Fals Menanam Sayur, Buah, dan Padi di Sekitar Rumahnya
Di album terakhir Iwan Fals yang berjudul Keseimbangan, misalnya, Iwan lebih banyak menulis syair tentang pohon, tentang menanam, dan tentang pentingnya pohon bagi kehidupan.
Itu pula yang jadi perhatian dan kegelisahan Iwan selama beberapa tahun belakangan ini. Pentingnya menjaga lingkungan hidup dan gaya hidup yang serba alami sudah lama disadarinya. Gaya hidup alami itu tecermin dari segala aktivitasnya. Dalam menjaga kesehatan dan kebugaran, misalnya, selain tetap berolah raga, Iwan rajin mengonsumsi ramuan segar resep ibundanya, berupa minuman kunyit dan susu sapi.
Obat-obatan yang dikonsumsi Iwan juga lebih banyak herbal. Bahkan untuk kebutuhan sayur-mayur, Iwan Fals tak perlu belanja ke pasar. Iwan cukup memetiknya dari kebun di sekitar rumahnya kawasan Cimanggis, Bogor. Bukan hanya sayuran, buah-buahan dan tanaman obat-obatan juga banyak. Untuk buah-buahan, jenisnya lumanyan banyak. Dari mangga, jambu air, jambu biji, rambutan, jamblang, jeruk, pepaya, dan kelapa. Hampir setiap musim buah, Iwan juga panen buah. Sementara di kebun yang lain yang luasnya sekitar 10 hektar, Iwan juga menanam padi, jagung, dan palawija.
Gaya hidup Iwan yang alami ini, menurutnya, solusi dari banyak persoalan. “Banyak persoalan hidup bangsa dan dunia itu bisa diselesaikan dengan cara menanam pohon. Gaya hidup yang lebih pro lingkungan hidup sedikit banyak sangat membantu kelestarian alam. Yang pada gilirannya juga ikut memperpanjang umur bumi. Indonesia dikaruniai tanah yang subur. Ikan yang banyak. Kata Koes Plus, Indonesia itu tanah surga. Tongkat kayu jadi tanaman, lautannya kolam susu,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961 ini.
Dengan anugerah itu, mestinya kita bisa hidup serbakecukupan. Tapi kenapa kemiskinan masih banyak? Kenapa penganggur masih banyak? Karena menurutnya, Indonesia tidak mempertahankan jati diri sebagai negara yang hidup dengan bercocok tanam. Dengan kembali menjadi nelayan, petani, taraf hidup bisa naik. Sementara jarang yang berpikir tentang kebutuhan oksigen. Hutan ditebang, tanah kering kerontang, mengganggu keseimbangan alam.
Banyak keuntungan dari menanam pohon. Dengan menanam satu pohon saja, misalnya, berarti menyiapkan kebutuhan oksigen. Belum lagi dimanfaatkan buah, daun, dan kayunya. “Satu pohon bisa menyuplai oksigen untuk dua orang,” tutur Iwan. Pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman di sekitar rumahnya juga organik, kompos dan pupuk kandang.